Suara gerimis hujan mengawali malam di akhir pekan yang biasa disebut malming (“jyah, lo muh gitu doank dikasih tau, nenek2 disko juga tau kalau malam akhir pekan adalah malam minggu”). Hehe, maaf gue lagi konslet.
Balik ke cerita malam minggu kali ini juga gak terlalu special karena seperti malam minggu kemarin yang gue bersama sekomplotan anak-anka kurang pengawasan yang lepas dari kandangnya untuk mengisi kegiatan di malam minggu ini gue dan anak-anak binal ini (“woy, lo kira gue banci apa???”), hehe, maaf.
Gue dan anak-anak “SS” ingin menjalankan misi yang telah direncanakan matang beberapa hari sebelumnya untuk menyewa studio music hanya untuk sekedar ngabisin duit dan keinginan menyalurkan bakat terpendam kita, ya mungkin aza lewat produser rekaman nggak sengaja dengerin kita main band, berharap sang produser tersebut sedang mengalami gangguan telinga stadium 4, langsung dikontrak dech. Hahaha, sayang halusinasi autis gue tak terwujud setelah mencoba menyewa studio berkali-kali sang produser “ganteng” itu tak kunjung datang.
“kang, malming mau pada kemana nich?”, Tanya anto dengan wajah bin melas ke gue.
“dasar kau, gimana sich, qhan kita udah ngerencanain kalau mau nyewa studio music”, jawab gue.
“owh ia lupa gue, dasar dudul” kata anto dengan memukul kepala dia sendiri.
“ia udah, kalau jadi contact anak-anak pada mau kumpul dimana?, gue ngasih tau si dimas , lo kasih tau si bocil!!” perintah gue.
Selang 36 detik kemudian gue neplon si dimas, eh salah ding, nelpon si dimas.
Tuttututtutututut,
“miqum, halo mas , kita khan udah punya rencana mau ngeband nich di CS yusilan, bias nggak lo?” Tanya gue ditelpon.
“wasqum, owh si akang djody. Wokeh, gue muh selalu siap untuk ngeband, ia udah lo kesana aza dulu ntar gue nyusul, gue mau makan dulu, ok ok ok” jawab si dimas dengan suara mirip badannya yang besar.
“sep lah, gue tunggu di CS yow, lo muh makan aza. Ia udah kalau gitu muh” kata gue dengan semangat.
“wokeh, tunggu aza” jawab pria berbadan gempal ini.
Tuuuuuuuuuuuuuuuut.
“Nto si bocil bisa nggak…???, si dimas muh bisa, tapi dia mau makan dulu” kata gue ke anto yang lagi sibuk dengan hpnya.
“owh, si bocil bisa kok, ntar dia juuga mau nyusul. Ia udah gy, kita berangkat dulu ke sana!!!” jawab anto yang mulai menyadari kalu gue sedang berbicara.
Gue dan anto pun mulai berangkat dengan motor satria item, mirip pasangan homo yang sedang membutuhkan tempat untuk berduaan, anto gue bonceng ke tempat studio music.
Sesampainya di sana gue dan anto berbincang dengan pemilik studio CS yang secara tak sengaja anto dan pemilik studio ini bersaudara sebut saja dia “Aa’ Yoseph”. Ternyata, big dimas udah sampai duluan di sana. Gue melihat jam di tangan gue, ternyata sudah jam 19.45, dan gue ngeboking studio ini jam 20.00, lima belas menit lagi udah harus masuk ke studio dan cecungguk bocil belum menampakkan batang pantatnya.
Satu batang rokok di saku gue pun, gue nyalain untuk mengusir rasa dingin di badan gue (don’t try it at home, but try it in anywhere except home). untuk beberapa menit gue berpikir sejenak, dalam kebersamaan teman-teman gue, gue merasa ada yang kurang, tapi gue nggak tau apa itu. Gue melihat disebrang jalan banyak remaja-remaja puber yang harus dauber saling merapatkan diri bersama pasanganya untuk mendapatkan sebuah kehangatan, sedangkan gue hanya sebongkoh jaket nan kumel yang menyelimuti gue, gue pun sadar gue butuh seseorang yang dapat memberikan kehangatan dalam hidup gue.
“kang, kenapa lo ngelamun aza.” Tanya anto yang membuyarkan lamunan gue.
“owh nggak ada apa2 kok, si bocil mana, belum dating tha?” Tanya gue sambil celingak-celinguk nyariin si bocil.
Baru 1,2 detik setelah gue ngomong si bocil datang.
“ cil, dari mana aza lo, lila muh ditungguin dari tadi gy?” Tanya dimas denganwajah garangnya.
“sorry ni mah, gue habis bantu nyokap gue dulu, owh ia kapan mau main nich” jawab si bocil dengan tingkah stay cool.
“ ia dah gy maen yuk, a’ Yosep mau maen anak-anaknya udah pada ngumpul nich” Tanya anto.
“mmmm, bentar lagi satu lagu lagi nich, masih ada yang makai studionya, bentar kok” jawab A’ Yoseph dengan nada datar.
“wokeh” jawab kita serentak.
Nggak lama kemudian, band yang makai studio pun udah keluar dari studio, dan ini giliran gue dan anak-anak main.
Setelah kemarin malam minggu gue dan anak-anak “SS” main band kini gue harus masuk sekolah dan hari ini adalah hari yang paling gue benci “hari Senin”, karena hari ini harus berangkat pagi-pagi, disuruh berdiri dan berjemur kayak ikan teri basah. Tapi, gue sebagai anak bangsa yang berbakti pada nusa dan bangsa harus selalu mengikuti upacara bendera untuk menghormati jasa para pahlawan yang telah membela Negara ini (“mang, udah selesai belum pidatonya”).
Dengan keadaan mengantuk ria, gue ikut upacara bendera, dan akhirnya selesai juga setelah satu jam di jemur di terik matahari pagi.
Gue pun jalan ke kelas gue dengan lunglai, eh tapi ada yang menarik perhatian gue disudut barisan kelas lain. Dia adalah seekor cewek, duh salah lagi, seorang cewek yang mempunyai mata terindah yang membuat hati ini bergetar.
DEG-DEG-DEG-DEG, suara jantung gue yang mulai berdegup dengan kencang, dan cewek itu pun juga memperhatikan gue.
Hehehehe, gue salah dalam mengambil asumsi, kalau hari senin adalah hari suram ternyata hari senin adalah hari keberuntungan gue, karena bisa melihat cewek dengan mata indah itu. setelah beberapa kali upacara di bulan ini, dan beberapa kali gue memperhatikan cewek dengan mata mirip bulan itu setelah upacara, gue harus memberanikan diri untuk berkenalan dengan dia. Tapi, gue nggak mau sendirian gue menarik anto untuk membantu berkenalan dengan dia.
“pagi, sepertinya lo dari beberapa minggu ini, lo ngeliatin gue setelah upacara, namun gue juga terpesona dengan mata yang lo miliki yang mampu membius gue, bolehkah gue berkenalan dengan lo, nama gue djody nama lo siapa?” kata gue dengan mengayunkan tangan gue ke hadapanya hanya untuk mengetahui namanya dan memilki hubungan lebih dari teman.
“hehe, siapa yang ngeliatin lo. Makasih ia udah muji gue, boleh kenalan kok, kenalin nama gue ayu” kata ayu dengan menyambut tangan gue.
Tangannya begitu halus untuk disentuh, mungkin inilah awal kisah gue untuk mengisi lembaran-lembaran kisah cinta gue.